D’ziza Snack lahir bukan dari sekadar keinginan berdagang, tetapi dari perjalanan panjang seorang ibu yang ingin tetap kuat, mandiri, dan berarti di tengah tantangan hidup. Usaha ini mulai dirintis sejak sang pemilik memiliki anak pertama yang masih berusia dua tahun. Saat itu, ekonomi keluarga dalam kondisi sulit. Ia mulai berjualan kecil-kecilan dari rumah—membuat dan menjual jajanan sederhana, meski usaha tersebut sering kali harus berhenti karena keterbatasan modal.

eberapa kali mencoba bangkit, bahkan sempat menyewa tempat usaha di pusat kota Lombok Timur. Namun karena hasil tidak sebanding dengan harapan, usaha kembali ditutup. Masa-masa jatuh bangun ini terus berulang. Sampai suatu waktu, datang musibah besar yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup. Suami adik kandungnya meninggal dunia, meninggalkan tiga anak kecil. Sejak itu, ia mulai berpikir lebih dalam: hidup ini tidak bisa selamanya bergantung pada orang lain. Wanita harus kuat, harus punya pegangan, harus bisa bertahan dalam keadaan apapun.

Berbekal tekad baru, ia memantapkan hati untuk kembali berjualan dari rumah. Apa pun yang bisa dibuat dari dapur rumahnya, ia produksi dan pasarkan lewat media sosial. Satu prinsip yang dipegang kuat: “laku tidak laku, harus istiqamah.” Karena bagi beliau, usaha bukan sekadar soal untung, tapi soal keteguhan dan kebermanfaatan.

Seiring waktu, D’ziza Snack mulai dikenal masyarakat sebagai penyedia berbagai jenis kue dan makanan untuk acara: jajanan kotak, nasi kotak, roti, dan kue-kue rumahan lainnya. Meski masih menghadapi tantangan, naik-turunnya omset, dan seringnya bekerja sampai badan pegal dan encok—semua dijalani dengan semangat yang sama: ingin tetap hadir untuk anak-anak dan keluarga tanpa harus meninggalkan rumah.

Kini, D’ziza Snack adalah gambaran nyata dari perjuangan UMKM rumahan yang tumbuh karena tekad, konsistensi, dan cinta seorang ibu kepada keluarganya.
Dan baginya, selama masih diberi kesehatan dan kekuatan, usaha ini akan terus dipertahankan. Karena di sinilah zona nyamannya. Di dapur rumah, di tengah anak-anak, dan di antara tumpukan pesanan yang jadi sumber harapan.